(*) Duriangkang Dulu dan Sekarang (1-8)
Sebagai daerah industri yang juga
berbatasan dengan negara Singapura dan Malaysia, Pulau Batam disibukkan dengan
berbagai aktivitas. Mulai dari Ekspor dan Impor barang, alih kapal, perdagangan
bebas, hingga jalur pendistribusian barang dan penumpang baik dari dalam maupun
luar negeri.
Pulau Batam sendiri, merupakan kota
terbesar di Kepulauan Riau dan kota terbesar keempat di wilayah Sumatera
setelah Medan, Palembang dan Pekanbaru.
Dan merupakan salah satu kota dengan
pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada tahun 1970-an oleh
Otorita Batam (saat ini bernama BP Batam), kota ini hanya dihuni sekitar 6.000
penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali
lipat.
Kini, berdasarkan data di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam per 2015, jumlah penduduk Batam sudah
mencapai 1.164.352 jiwa.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya, saat itu masyarakatnya masih mengandalkan kedekatan dengan
Singapura dan Malaysia.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya
jumlah penduduk, Otorita Batam mempersiapkan berbagai infrastruktur guna
memenuhi kebutuhan Batam sebagai kota modern. Diantaranya menyediakan air
bersih yang merupakan elemen penting sebuah kota berkembang.
Hal tersebut ditandai dengan pembangunan
waduk Baloi pada tahun 1977. Dan mulai beroperasi setahun kemudian dengan
kapasitas 30 liter per detik, dengan dilengkapi instalasi pengolahan air (IPA)
dan mengaliri masyarakat di kawasan Pelita, Jodoh, Nagoya dan sekitarnya. Namun
saat ini waduk Baloi telah ditutup.
Selanjutnya pada tahun 1978, Otorita Batam
membangun Waduk Nongsa untuk melayani pelanggan di wilayah Nongsa, Batubesar
dan sekitarnya, serta Waduk Sei Harapan yang melayani wilayah Sekupang dan
sekitarnya dan mulai beroperasi pada tahun 1979 dengan kapasitas abstraksi 60
liter per detik dan 210 liter per detik.
Kemudian pada tahun 1985, Otorita Batam
kembali membangun Waduk Sei Ladi dengan kemampuan abstraksi sebesar 240 liter
per detik yang ditujukan untuk masyarajkat di wilayah Jodoh, Tiban, Baloi, Tanjung
Uma dan sekitarnya.
Sementara Waduk Mukakuning dibangun 1989
yang ditujukan untuk masyarakat Batuaji, Sagulung, Tanjunguncang dan sekitarnya
dengan kemampuan abstraksi 310 liter per detik.
Sehingga pada pertengahan 1990, Kota Batam
memiliki Waduk dengan total kemampuan abstraksi 850 liter per detik.
Proses Pembangunan Waduk Duriangkang. Foto/DOK/Otorita Batam
Sementara itu, Waduk yang paling besar
diantara waduk lainnya milik Otorita Batam adalah Waduk Duriangkang yang
dibangun pada tahun 1990.
Air bersih dari waduk ini, untuk memenuhi
kebutuhan air bersih (70 Persen) di hampir seluruh wilayah Batam. Mulai dari
Kecamatan Sei Beduk, Sukajadi, Batam Centre, Nagoya, Sungai Panas, Bengkong,
Batu Ampar, hingga Tanjung Sengkuang.
Dalam kondisi normal, Waduk Duriangkang
dapat menampung air baku hingga 78 juta m3. Namun demikian, kapasitas tersebut
tidak semuanya bisa diolah.
"Duriangkang sendiri saat ini
mencukupi 151.466 pelanggan ATB di wilayah Batu Besar, Kabil, Batam Centre,
Bengkong, Nagoya, Jodoh,Sengkuang, dan Batu Merah dengan konsumsi air bersih
setiap bulan mencapai 2.485.664 m3," kata Enriqo Moreno, Corporate
Communication Manager ATB.
Kesemua waduk ini, memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat di Pulau Batam yang bersumber dari air hujan. Dan
pemilihan air baku dari air hujan ini terbilang disengaja, mengingat Batam
tidak memiliki sumber daya alam yang bersumber dari air tanah (mata air).
Selain itu, kontur tanah di pulau Batam
relatif sulit untuk terjadinya resapan air, sehingga air hujan yang jatuh
sebagian besar mengalir dipermukaan dan langsung ditampung dalam waduk.
Dan sejak melakukan konsensi dengan
Otorita Batam pada 1995 lalu, PT Adhya Tirta Batam (ATB) menangani Instalasi
Pengolahan Air (IPA) untuk mengolah air baku menjadi air bersih sesuai standar
World Health Organization (WHO) dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes),
untuk selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan ATB yang sudah berjumlah
lebih dari 250 ribu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar